Jumat, 30 Januari 2015

IKLIM: WALOINDI


IKLIM: WALOINDI




Iklim di sini adalah tropis. Bulan-bulan musim dingin adalah lebih banyak hujan daripada bulan-bulan musim panas di Waloindi. Lokasi ini diklasifikasikan sebagai As berdasarkan Köppen dan Geiger. Suhu di sini rata-rata 27.0 °C. Tentang 1585 mm presipitasi yang jatuh setiap tahunnya.




GRAFIK IKLIM

Grafik iklim, Waloindi
Bulan terkering adalah September, dengan 18 mm hujan. Hampir semua presipitasi di sini jatuh pada Mei, rata-rata 228 mm.

GRAFIK SUHU




Grafik suhu, Waloindi
November adalah bulan terhangat sepanjang tahun. Suhu di November rata-rata 28.0 °C. Agustus adalah bulan terdingin, dengan suhu rata-rata 26.0 °C.

TABEL IKLIM

Tabel iklim, Waloindi
Terdapat perbedaan dalam 210 mm dari presipitasi antara bulan terkering dan bulan terbasah. Sepanjang tahun, suhu bervariasi menurut 2.0 °C

Senin, 20 Januari 2014

Marcus Tullius Cicero

Marcus Tullius Cicero

Damai Bersamamu "Sepatah Kata Bijak"

 



sepatah kata bijak 

 

 

 

jika sabdamu benar maka berikan sebait ayat untuk mengutkan keyakinanku...!!

Yang terpenting dalam keehidupan bukanlah kemenangan, tetapi bagaimana bertanding dengan baik.
Barron Pierre De Coubertin

Jenius adalah 1%, 99%-nya adalah usaha
unknown

bukan karena kerasnya pukulan ke 100 yang memecahkan batu, tapi karena ke 99 pukulan sebelumnya
unknown

Pemenang bukannya tak pernah gagal, tetapi tidak pernah menyerah
unknown

Dalam hidup perlu kegagalan, tanpa gagal kita tidak akan pernah merasakan keberhasilan
Gi@nT

Sesuatu akan tampak mustahil bila kita belum melakukannya, tetapi kita baru yakin setelah kita menyelesaikan dengan baik.
unknown



Langkah pertama 1000kali beratnya, Langkah selanjutnya akan seringan kapas.
Peribahasa Cina

Tuhan memberi kita ikan, Tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya
unknown

Belajarlah seakan-akan anda akan hidup selamanya, Hiduplah seakan-akan anda akan meninggal esok hari.
unknown

Kita tidak pernah mengetahui cinta orang tua, sampai kita sendiri menjadi orang tua.
unknown

Dari penyebabnya, orang gagal dibai menjadi dua: 1. orang yang berfikir tetapi tidak bertindak, 2. orang yang bertindak tetapi tidak pernah berfikir.
unknown

if u can’t have the one u love, love the one u have, or u have nothing !!
noname

yesterday is a canceled check, tomorrow is a promissory note, today is only cash u have, so spend it wisely!
noname

kita ditindas hanya kalau kita biarkan itu terjadi.
noname

hanya ada 2 cara untuk menjalani hidup:
1. anggap keajaiban itu nggak ada
2. anggap segala hal yang ada, adalah keajaiban
noname

hanya karna kamu buta dan tidak busa melihat kecantikanku, bukan berarti itu tidak ada.
noname

”Ketahuilah, hal-hal terindah di dunia ini terkadang tak bisa terlihat dalam pandangan atau teraba dengan sentuhan; mereka hanya bisa dirasakan dengan hati.”
Helen Keller, Penulis Tunawicara-Netra AS (1880–1968)

Dalam setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang. Dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima.
Ivan Panin, Matematikawan Rusia (1855–1942)

Belajar bagaimana cara belajar adalah keahlian terpenting dalam hidup.
Tony Buzan, Penemu Metode Mind Mapping

Jangan pernah menyesal setelah Anda mengungkapkan suatu perasaan. Karena jika demikian, Anda sama saja menyesali kebenaran.
Benjamin Disraeli, Mantan PM Inggris-Novelis

Cinta monyet: ”Aku mencintai karena aku dicintai”. Cinta sejati: ”Aku dicintai karena aku mencintai.” Cinta monyet: ”Aku mencintaimu karena aku membutuhkanmu.” Cinta sejati: ”Aku membutuhkanmu karena aku mencintaimu.”
Erich Fromm, Filsuf-Ahli Sosiologi dan Psikologi Sosial

Percaya diri adalah esensi dari sikap kepahlawanan
Ralph Waldo Emerson, Filsuf-Penulis (1803–1882)

Pola pikir kita sering kali menipu. Kita jadi memandang segala sesuatu berdasar apa yang telah diinstruksikan pikiran ke mata.
Prof Muhammad Yunus, Peraih Nobel Perdamaian 2006

Menjadi seorang bahagia adalah dengan menghargai dan mencintai apa yang Anda punya; bukan apa yang tidak Anda punya.
Woody Allen, Komedian- Aktor- Produser AS


Pola pikir kita sering kali menipu. Kita jadi memandang segala sesuatu berdasar apa yang telah diinstruksikan pikiran ke mata.
Prof Muhammad Yunus, Peraih Nobel Perdamaian 2006

“Jika Kau melakukan apa yang selalu kamu lakukan, kamu akan mendapatkan apa yang selalu kamu dapatkan”
Albert Einstein

“Ketika kekuatan akan cinta melebihi kecintaan akan kekuasaan, maka dunia pun menemukan kedamaian.”
Jimi Hendrix, Gitaris Rock AS

Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi yang bahagia. Tapi bagi yang selalu mengasihi, waktu adalah keabadian.
Henry van Dyke, Pujangga AS

Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya.
Lance Armstrong, Mantan Atlet Balap Sepeda AS

Hidup itu sangat menarik. Karena pada akhirnya, kepedihan-kepedihan terdalam Anda akan berujung menjadi kekuatan terbesar Anda.
Drew Barrymore, Aktris Hollywood

Minggu, 19 Januari 2014

SEJARAH PULAU BINONGKO

BINONGKO


Sejarah Binongko
Sejarah Pelaut  dan Jejak Patimura di Binongko

 sumber dari salah satu blog teman juga asli binongko

Bagi orang Kepulauan Tukang Besi, pelayaran ke seantero Nusantara, Singapura, Malaysia, Deli, Filipina Selatan dianggap sebagai rutinitas biasa. Bahkan mereka ada yang sampai di perairan Australiua Utara, Pakistan. dan Kepulauan Palau di sebelah timur Filipina dengan hanya menggunakan perahu layar tradisional yang disebut lambo/Bangka. Jaringan dan peran serta mereka dalam dunia pelayaran niaga, sejauh yang dapat dilacak, mulai tampak sejak abad terakhir masa kurun niaga yang mula-mula dipelopori oleh orang-orang Binongko kemudian disusul oleh pulau-pulau lainnya. Ada tiga keunggulan utama yang dimiliki oleh pelayar-pelayar Kepulauan Tukang Besi dan dua peran serta yang dimainkan, yaitu kemahiran membuat perahu layar tradisional, keberanian berlayar di alam bebas yang ganas dan penuh misteri, dan kemampuan menerima perkembangan teknologi pelayaran, serta peranserta mereka untuk ikut menyebarluaskan Islam dan kebudayaan melalui jalur pelayaran dan perdagangan dan ikut membantu perjuangan untuk mencapai dan mempertahankan kemerdekaan. Sumber Media Kita dari Key Maluku Tenggara pada tanggal 7 Mei 1990 melaporkan bahwa orang-orang Binongko sejak abad ke-17 telah sampai di Maluku. Di Kepulauan Key Maluku Tenggara itu mereka berhasil mendirikan sebuah kampung kecil yang dinamakan Kampung Tamu. Perahu lambo pertama yang berhasil mereka buat di kampung itu diberi nama PL Montoroso yang dalam bahasa Kaumbeda berarti “awak perahu pemberani dan bertanggung jawab” (Hasan, Media Kita, No. 57/Thn XXI/1990: 2). Ligtvoet (1877) dalam Pim Schoorl (2003 : 108) menjelaskan bahwa menurut Speelman, pada zamannya Pulau Binongko terkenal karena perahu yang dibuat disana yang sering dipersenjatai dengan sepasang lela dan beberapa senapan. Selanjutnya Pim Schoorl (2003: 108-109) menjelaskan bahwa di dalam Militari Memori (1919) dilaporkan bahwa dari sekitar 300 perahu yang dipergunakan untuk pelayaran jarak jauh yang ada di Buton, ada sekitar 200 perahu terdapat di Kepulauan Tukang Besi.
Pada awal abad ke-18, di Pulau Binongko terdapat seorang juragan terkenal bernama La Nina alias Wa Ama Taangi yang lahir pada tahun 1711 dan meninggal di Latuhari Kepulauan Key Maluku Tenggara pada tahun 1787. Ia berhasil melintasi Kepulauan Nusa Tenggara dan sampai ke Maluku. Ia memiliki kader-kader pelayar ulung seperti La Biddae (1770-1823), La Kaga (1776-1836) dan La Sida (1862-1919). (Hasan, Media Kita, No. 44/Thn XIX/1989: 6).
Hasil penelitian Firmansyah pada bulan Mei 2006 tentang Persepsi Masyarakat Muslim Maluku Terhadap Pejuang Kapitan Pattimura yang berhasil mewawancarai 12 orang keturunan Pattimura, menyimpulkan bahwa Kapitan Pattimura adalah seorang pelarian dari Perang Waloindi II di Binongko yang kalah setelah memberontak kepada Buton dan Belanda pada awal abad ke-19. Penggantinya yang bernama Kapitan Ulupaha adalah bekas Raja Kaledupa yang ikut bersama Pattimura ke Ambon. Di kalangan masyarakat Maluku dan Kepulauan Tukang Besi tidak merasa asing jika mendengar syair lagu berikut :
”kole kole arumbae kole raja pati tana bara”
Syair di atas menunjukan bahwa ada seorang raja bernama pati yang datang dari barat dengan menggunakan sebuah perahu tradisional yang mereka sebut kole. Diduga bahwa raja pati yang dimaksudkan dalam syair itu adalah Pattimura. Tentunya dia adalah seorang pelayar yang paham tentang navigasi pelayaran tradisional karena kehadirannya di Ambon menggunakan perahu kole. Pada akhir abad ke-19, dua orang pelayar ulung bersaudara asal Tomia masing-masing bernama Ua Senge dan Ua Kamu berhasil mendirikan sebuah kampung di Johor yang bernama Kampung Sungai Karang. Mereka sangat populer karena, selain berdagang, juga menjadi guru pencak silat balabba yang sangat terkenal di kalangan pelayar-pelayar Buton. Pencak silat balabba ini kemudian menjadi tradisi yang dipertontonkan di kalangan masyarakat Tomia pada setiap selesai Hari Raya Idul Adha.Pada tahun 1900, ada sembilan orang pemuda asal Binongko berhasil merantau ke Digus dan Davao Mindanao Filipina Selatan. Tidak lama kemudian, yaitu pada tahun 1901, ada empat orang pelayar Binongko berhasil menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah dengan menggunakan perahu lambo. Mereka berlabuh di salah satu pelabuhan di Pakistan kemudian menyebrang ke tanah suci Mekkah lewat darat.. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan Haji Hohaa (Haji Empat Orang) (Hasan, Media Kita No. 44/Thn XIX/1989: 6). Mereka adalah La Samuraa (H. Shiddiq), La Muru (H. Thayeb), La Sirau (H. Abdul Halim), dan La Ali (H. Muhammad Ali). 
Para pelayar Binongko yang ke tanah suci biasanya belajar agama Islam pada seorang syekh selama berpuluh tahun kemudian pulang ke kampung dan menjadi guru agama bahkan menjadi ulama besar. Mereka yang cukup terkenal adalah H. La Hidi, KH. Muhammad Tahir yang menjadi penyebar Islam dan dikeramatkan di Pulau Tiga Salabangka Sulawesi Tengah, KH. Asy’ari yang sampai akhir hayatnya menjadi ulama dan imam Mesjid Agung Al Fatah Ambon, KH. Abdul Syukur yang menyebarkan agama Islam di Buton Barat, dan KH. Ibrahim. Pada tahun 1908, empat orang Binongko menyebrang ke kota kecil Semorset dan Kepulauan Wessel Australia bagian Utara. Mereka telah beranak cucu di sana (Hasan, Media Kita, No. 44/Thn.XIX/1989 : 6). Pada tahun 1960-an sebuah perahu asal Tomia yang dinakhodai oleh La Ida berhasil berlabuh di Kepulauan Palau, sebuah negera kecil di Lautan Teduh sebelah timur Filipina. Cuplikan peristiwa yang dikemukakan di atas hanya sebagian kecil saja dari sekian banyak peristiwa yang mereka lakoni yang terekam dalam ingatan anak cucu mereka karena tidak meninggalkan catatan perjalanan sebagaimana dilakukan oleh pelayar-pelayar Eropa. Pas jalan yang mereka gunakan untuk bahan laporan kepada setiap kepala desa atau kepala kampung yang mereka singgahi tidak tersimpan dengan baik bahkan dibiarkan rusak begitu saja. Akan tetapi penjelasan di atas sudah cukup meyakinkan kita dan menjadi rujukan untuk suatu pernyataan bahwa memang mereka adalah pelayar-pelayar ulung yang sangat berani dan menjadi tulang punggung dalam struktur pelayaran tradisional orang Buton. Peran mereka sebenarnya tidak hanya terbatas dalam aktivitas perdagangan dan menyebarkan agama Islam melainkan juga menyebarluaskan kebudayaan. 
Dalam aspek bahasa, tampak dalam setiap transaksi perdagangan di pasar-pasar atau di pelabuhan selalu menggunakan bahasa Melayu, Tradisi pencak silat yang dilakukan pada setiap selesai Hari Raya Idul Adha menampilkan tradisi pencak silat dari Maluku yang dinamakan makanjara dan tradsisi pencak silat dari Malaysia yang dinamakan balabba. Berbagai macam tarian, nyanyian, dan kesenian lainnya menunjukan variasi pengaruh dari luar karena kontak perdagangan. Misalnya tari balumpa dari Melayu, kadayo dan joge dari Jawa, sajo moane dan sajo wowine mendapat pengaruh dari Makassar, dan badenda dari Maluku. Berbagai jenis makanan, pakaian, alat-alat rumah tangga dan perkakas lainnya diperkenalkan kepada masyarakat yang mereka kunjungi. Mereka mensuplai bahan makanan dan kebutuhan lainnya ke daerah-daerah minus dan terisolasi. Tak dapat dipungkiri bahwa siapa saja yang ingin melakukan perjalanan antar pulau atau antar pelabuhan harus menumpang perahu lambo tanpa dibebani biaya apapun. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan para pelayar itu banyak “sanak saudara” di rantau orang. Dapat dibayangkan bagaimana besarnya peran dan kontribusi mereka dalam perjalanan antar pulau ketika transportasi laut saat itu masih sangat terbatas. Dalam masa-masa perjuangan kemerdekaan mereka menjadi armada pengangkut perbekalan dan para pejuang bahkan perlengkapan perang sekaligus menjadi matalala atau sumber informasi tentang situasi di negeri-negeri seberang yang sering dimanfaatkan oleh para pejuang kemerdekaan. Di masa pendudukan mereka dimanfaatkan oleh penguasa Jepang untuk mengangkut barang-barang kebutuhan mereka seperti aspal untuk pembangunan lapangan terbang militer di Kendari. Mereka sering pula dimanfaatkan sebagai katu yang bertugas mengantar para penguasa atau tentara Jepang dari satu pulau ke pulau lainnya. Mereka banyak yang menjadi korban pembunuhan sadis yang dilakukan oleh militer Jepang di Wangi-Wangi. Untuk menghindari kekejaman tentara Jepang itu mereka menyingkir ke Kepulauan Riau, Bangka, Belitung, dan tempat-tempat lain yang dianggap aman. Di pelabuhan Pangkal Pinang saja tidak kurang dari 100 perahu asal Kepulauan Tukang Besi mengamankan diri. Di pelabuhan tersebut terjadi sebuah peritiwa yang amat heroik dimana tiga orang juragan perahu masing-masing La Munaidi asal Tomia, serta La Goro dan La Anu masing-amsing asal Kaledupa berhasil membantu pihak tentara Indonesia untuk merebut lebih dari 30.000 pucuk senjata dari berbagai jenis di barak militer Jepang, tiga kilometer dari kota Pangkal Pinang, pada tanggal 11 September 1945. 
Para pelayar Kepulauan Tukang Besi menjadi sumber utama tentang informasi proklamasi, bukan hanya kepada masyarakat Kepulauan Tukang Besi melainkan kepada siapa saja yang mereka temui di pasar-pasar dan pelabuhan-pelabuhan yang mereka kunjungi. Tidak hanya itu, dalam masa revolusi fisik dan perang gerilya mereka menjadi pengangkut pasukan dan senjata seperti yang dilakukan oleh juragan La Hasuba asal Kaledupa pada tahun 1947 berhasil menyelundupkan senjata berbagai jenis dari Yogyakarta melalui pelabuhan Probolinggo Jawa Timur. Senjata untuk satu batalyon itu diselundupkan ke Sulawesi Selatan akan tetapi karena situasi disana kurang aman maka senjata itu dibawa ke Kaledupa. Ada pula yang bergabung dalam berbagai kesatuan gerilya di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan seperti yang dilakukan oleh La Uda dan La Judah yang keduanya berasal dari Kaledupa. Sejak awal abad ke-20, pelayar-pelayar Kepulaan Tukang Besi banyak yang menjadi pebongkara (penyanggah) kopra dan cengkeh serta hasil bumi lainnya di Gresik, Surabaya, dan Probolinggo di Jawa Timur seperti H. Hamiruddin, H. Isnawi, H. Umar. H. Halim, H. Kaimuddin, La Tara Juta, H. Ali, H. Mastora, La Ade, dan La Tani. Mereka menjadi saudagar-saudagar yang cukup kaya di kota-kota itu.
 Dalam aspek perubahan teknologi pelayaran yang amat penting adalah kebijakan program motorisasi yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 1977. Jika program motorisasi itu telah mematikan pelayaran di Buton daratan, namun sebaliknya di Kepulauan Tukang Besi justru berhasil memacu dinamika pelayaran tradisional menjadi pelayaran modern. Dalam waktu tidak kurang dari 20 tahun sejak penerapan kebijakan itu, semua perahu lambo yang ada di Kepulauan Tukang Besi, terutama di Wangi-Wangi dan Tomia, sudah dilengkapi dengan mesin. Perpaduan faktor-faktor geografis terutama letak dan kodisi kepulauan serta idiologi gau satoto sebagaimana di kemukakan di atas telah melahirkan dinamika pelayaran tradisonal mereka. Dinamika itu tidak hanya berhasil memacu pertumbuhan ekonomi melainkan mengakibatkan munculnya berbagai kegiatan musiman yang dilakukan pada musim pancaroba seperti perkawinan musiman, pesta tradisional musiman, dan pembangunan fasilitas umum yang juga dilakukan secara musiman.